Kasih yang Terwujud: Kisah Mother Teresa: Menemukan Yesus dalam Diri yang Paling Miskin

Agnes Gonxha Bojaxhiu, yang lebih dikenal sebagai Bunda Teresa (Mother Teresa), adalah salah satu ikon global dalam pelayanan kasih. Misi sederhananya—memberikan martabat dan cinta kepada “yang termiskin dari yang miskin”—membawa cahaya Kristus ke sudut-sudut Kalkuta, India, yang paling gelap. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari tindakan welas asih.

1. Panggilan dalam Panggilan

Bunda Teresa adalah seorang biarawati mengajar di sebuah sekolah menengah di Kalkuta. Pada tahun 1946, saat menaiki kereta api, ia menerima apa yang ia sebut “panggilan dalam panggilan”. Tuhan Yesus memintanya meninggalkan kenyamanan biara untuk melayani orang miskin di jalanan, hidup di antara mereka. Panggilannya adalah: “Datang dan jadilah terang-Ku.”

Pada tahun 1948, ia meninggalkan kebiasaan biara lamanya, mengenakan sari putih sederhana dengan garis biru, dan memulai pekerjaannya sendirian. Ia kemudian mendirikan Misionaris Cinta Kasih (Missionaries of Charity).

2. Teologi di Balik Tindakan

Filosofi pelayanan Bunda Teresa sangat teologis: ia melihat Tuhan Yesus Kristus dalam diri setiap orang miskin yang ia sentuh. Ketika ia memandikan luka, memberi makan orang kelaparan, atau memegang tangan seseorang yang sekarat di selokan, ia percaya bahwa ia sedang melayani Kristus sendiri.

Motivasinya bukan hanya altruisme, tetapi ketaatan pada Firman Tuhan Yesus dalam Matius 25:40: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk-Ku.”

3. Pelayanan yang Radikal

Pekerjaan Bunda Teresa adalah radikal karena ia memilih untuk melayani mereka yang ditinggalkan oleh masyarakat:

  • Orang-orang yang sakit parah yang sekarat di jalanan tanpa ada yang merawat.
  • Penderita kusta yang dikucilkan.
  • Anak-anak yatim yang tidak diinginkan.

Ia dan para suster memulai rumah sakit untuk orang sekarat, bernama Nirmal Hriday (Rumah Hati Murni), di mana orang-orang dapat menghabiskan saat-saat terakhir mereka dengan martabat dan kasih, merasakan bahwa mereka dicintai sebelum bertemu Allah Bapa.

4. Pelajaran dari Kehidupan Doa

Meskipun pelayanan Bunda Teresa terlihat sangat aktif, dasarnya adalah kehidupan doa yang mendalam. Ia menghabiskan berjam-jam dalam doa di hadapan Sakramen Mahakudus. Para suster Misionaris Cinta Kasih memulai hari mereka dengan doa dan Misa. Ia tahu bahwa ia tidak akan memiliki kekuatan untuk mencintai dengan radikal seperti itu jika ia tidak terlebih dahulu menerima kasih dari Tuhan Yesus. Pelayanan keluar harus mengalir dari persekutuan intim di dalam.

5. Pelajaran untuk Kita

  • Kasih Tanpa Diskriminasi: Siapakah “yang paling hina” di sekitar Anda yang perlu Anda lihat dengan mata Kristus?
  • Perpaduan Iman & Perbuatan: Pelayanan kita adalah bukti luar dari iman di dalam hati.
  • Prioritas Komuni: Pastikan kegiatan pelayanan Anda tidak menggantikan waktu pribadi Anda dengan Tuhan Yesus dalam doa.

Kisah Bunda Teresa adalah ajakan untuk berhenti hanya membicarakan kasih dan mulai melakukannya. Marilah kita mencari Kristus hari ini dalam wajah-wajah yang paling membutuhkan di sekitar kita, dan melayani dengan kasih yang radikal dan tanpa syarat.

Berbagi
×