Ketika Kekuasaan Duniawi Bertemu dengan Raja yang Baru Lahir

Dalam kisah Natal yang penuh kedamaian dan sukacita, ada bayangan gelap yang melingkupinya: Raja Herodes Agung. Ia adalah penguasa Idumea yang ditunjuk oleh Roma, seorang pembangun besar namun paranoid dan brutal. Pertanyaannya, mengapa tokoh antagonis ini begitu penting dalam narasi kelahiran Yesus? Karena reaksinya terhadap Mesias yang baru lahir menggarisbawahi kontras antara kekuasaan duniawi yang fana dan Kerajaan Allah yang abadi.

Artikel ini akan membahas siapa Herodes Agung, mengapa ia merasa terancam, dan bagaimana tindakannya yang kejam justru menggenapi nubuatan Alkitab.

1. Siapakah Herodes Agung? (Konteks Sejarah)

Herodes adalah sosok yang kompleks, memerintah Yudea dari tahun 37 SM hingga 4 SM.

  • Pembangun Hebat: Ia bertanggung jawab atas proyek pembangunan besar-besaran, termasuk pembangunan ulang Bait Allah Yerusalem yang megah (Bait Allah Kedua) dan benteng-benteng pertahanan seperti Masada.
  • Kekuasaan dan Paranoia: Meskipun dihormati oleh Roma, ia dibenci oleh banyak orang Yahudi karena warisan non-Yahudinya. Ia sangat kejam, membunuh istri dan beberapa putranya sendiri karena kecurigaan bahwa mereka merencanakan kudeta. Ketakutannya untuk kehilangan tahta adalah motif yang dominan dalam hidupnya.
  • Koneksi Nubuatan: Ia secara tidak sengaja mengonfirmasi penggenapan nubuatan. Ketika Majus datang ke Yerusalem mencari Raja yang baru lahir, Herodes harus meminta penasihatnya (ahli Taurat) untuk mencari tahu di mana Kristus akan lahir. Jawaban yang ia terima adalah: Betlehem Efrata, merujuk pada nubuatan Mikha 5:2.

2. Pemicu Konflik: Kedatangan Para Majus

Titik balik yang memicu drama adalah kedatangan Para Majus (Matius 2:3-8).

  • Ketakutan Politik: Pertanyaan sederhana tentang “Raja orang Yahudi yang baru lahir” mengguncang Yerusalem dan secara khusus menakuti Herodes. Bagi Herodes, tidak boleh ada raja selain dirinya, apalagi seorang raja yang dinubuatkan.
  • Strategi Penipuan: Herodes berpura-pura ingin ikut menyembah, meminta Majus untuk kembali dan melaporkan lokasi bayi itu kepadanya. Namun, niat aslinya adalah membunuh saingannya.

3. Pembantaian Bayi: Kejahatan dan Penggenapan

Setelah Majus diperingatkan dalam mimpi untuk tidak kembali kepada Herodes, rencana Raja tersebut terbongkar, dan ia merespons dengan kemarahan yang mengerikan.

  • Tindakan Brutal: Herodes memerintahkan pembunuhan semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya yang berusia dua tahun ke bawah (Matius 2:16). Tindakan ini sesuai dengan karakter Herodes yang terkenal kejam dan paranoid.
  • Nubuatan Ratapan: Pembantaian ini secara tragis menggenapi nubuatan dari Yeremia 31:15:

“Suara kedengaran di Rama, tangisan dan ratapan yang pahit, Rahel menangisi anak-anaknya…”

  • Data Sejarah Pendukung: Meskipun catatan Yosefus (sejarawan Yahudi) tidak secara spesifik menyebutkan pembantaian Betlehem (kemungkinan karena Betlehem adalah desa kecil dan pembantaian tersebut kecil jika dibandingkan dengan kekejaman Herodes lainnya), peristiwa ini konsisten dengan kekejaman Herodes yang tercatat dalam sejarah, termasuk pembunuhan anggota keluarganya sendiri.

4. Pelarian ke Mesir: Keselamatan yang Dinubuatkan

Ironisnya, upaya Herodes untuk menghancurkan Mesias justru menjadi mekanisme yang memastikan penggenapan nubuatan lain.

  • Peran Yusuf: Di tengah ancaman Herodes, Allah mengutus malaikat untuk memperingatkan Yusuf melalui mimpi, memerintahkannya membawa Maria dan Yesus melarikan diri ke Mesir.
  • Penggenapan Historis: Pelarian ini menggenapi nubuatan Hosea 11:1: “Dari Mesir Kupanggil anak-Ku.” Tanpa ancaman Herodes, Yusuf tidak akan lari ke Mesir, dan nubuatan ini tidak akan tergenapi dalam konteks Mesias.

Kesimpulan: Kekuasaan Allah Atas Kegelapan

Kisah Herodes Agung adalah pengingat bahwa bahkan kejahatan dan drama politik yang paling ekstrem pun berada di bawah kendali rencana ilahi. Herodes berusaha memusnahkan Sang Raja, namun tindakannya justru menjadi alat yang memastikan ketaatan Yusuf dan penggenapan nubuatan-nubuatan penting. Natal mengajarkan kita bahwa kekuasaan manusiawi akan lenyap, tetapi takhta Raja yang lahir di Betlehem akan kekal.

Berbagi
×