“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”
— Yohanes 1:5
Di tengah keputusasaan dan kegelapan sebuah penculikan, sebuah lagu sederhana namun kuat menjadi jangkar harapan. Anya, seorang gadis kecil yang diambil paksa dari dunianya, menemukan kekuatan dalam melodi yang ia hafal dari gereja. Saat para penculiknya yang kasar dan dingin mendengarnya menyanyikan "I Have Decided to Follow Jesus," sesuatu yang tak terduga terjadi. Lagu itu bukan sekadar nyanyian, melainkan sebuah transmisi keyakinan, sebuah pengingat akan kemanusiaan yang tersembunyi, dan sebuah awal dari perubahan yang tak terduga. Cerita ini mengeksplorasi bagaimana iman yang teguh, bahkan di tangan seorang anak, dapat menembus tembok kekerasan dan menguak sisi manusiawi yang terpendam, mengubah takdir mereka yang terlibat.
Dalam Sunyi dan Ketakutan, Lahir Sebuah Harapan
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau.”
— Yesaya 41:10
Malam itu, udara dingin menggigit kulit Anya, memantulkan kegelapan yang menyelimutinya. Dinding-dinding kasar tempat ia disekap terasa dingin dan lembap, kontras dengan kehangatan rumahnya yang kini terasa seperti mimpi yang jauh. Tangisannya telah mereda, digantikan oleh keheningan yang mencekam. Ia tidak mengerti mengapa ia berada di sini, di ruangan asing ini, jauh dari pelukan hangat ibunya dan tawa riangnya bersama teman-teman. Di luar, suara-suara berat sesekali terdengar, diselingi oleh dentuman benda-benda yang dijatuhkan, menciptakan simfoni ketakutan yang terus-menerus. Anya memeluk lututnya erat-erat, mencoba menemukan sedikit kenyamanan dalam pelukan dirinya sendiri. Ingatan tentang gereja pada hari Minggu lalu melintas di benaknya. Pendeta yang bersemangat, paduan suara yang merdu, dan terutama, lagu yang mereka nyanyikan bersama: "I Have Decided to Follow Jesus." Lagu itu, dengan liriknya yang sederhana namun penuh makna, telah meresap ke dalam hatinya, menjadi pengingat akan kekuatan dan keberanian. Anya adalah anak yang mudah terpengaruh, dan pesan lagu itu, tentang meninggalkan segalanya demi mengikuti Kristus, telah bergema kuat dalam jiwanya. Ia ingat bagaimana ia menyanyikannya dengan penuh keyakinan, merasakan kehadiran yang lebih besar di sekitarnya. Kini, di tengah kegelapan ini, melodi itu kembali muncul, sebuah bisikan harapan di telinganya yang ketakutan. Ia mulai menyanyikannya, awalnya pelan, hanya untuk dirinya sendiri, sebagai cara untuk menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. Suaranya yang kecil dan rapuh mengisi keheningan ruangan, sebuah nada yang asing di tengah kekacauan yang mengelilinginya.
Hati yang Membeku Mulai Mencair
“Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu.”
— Yehezkiel 36:26
Suara Anya yang menyanyikan "I Have Decided to Follow Jesus" perlahan-lahan merambat keluar dari ruangan tempat ia disekap. Di luar, di sebuah ruangan yang remang-remang, dua pria berwajah keras duduk mengawasi. Mereka adalah Roni, si otak operasi, dan Budi, tangan kanannya yang lebih brutal. Roni sedang menghitung tumpukan uang, wajahnya menunjukkan kepuasan yang dingin, sementara Budi menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya terpaku pada pintu yang tertutup. Tiba-tiba, alunan melodi yang lembut terdengar. Budi mengerutkan kening. "Apa itu?" tanyanya, suaranya serak. Roni mendongak, ekspresinya berubah sedikit dari ketidakpedulian menjadi rasa ingin tahu yang tersembunyi. "Anak itu," jawabnya datar. "Dia menyanyi." Budi tertawa sinis. "Menyanyi? Di tempat seperti ini? Dia pasti sudah gila." Namun, ada sesuatu dalam nada suara Anya yang berbeda. Bukan tangisan, bukan rengekan, melainkan sebuah ketenangan yang aneh, sebuah kepasrahan yang justru terasa kuat. Roni, yang biasanya tidak terpengaruh oleh apapun, mendapati dirinya terhenti. Ia pernah mendengar lagu itu sebelumnya, saat ia masih kecil, saat ia masih menghadiri gereja bersama ibunya sebelum semuanya berubah menjadi keras dan pahit. Liriknya terngiang kembali, "Though none go with me, still I will follow." Sesuatu dalam lagu itu, dalam suara anak perempuan yang polos itu, menyentuh bagian dirinya yang telah lama terkubur. Ia melihat Budi yang mulai terlihat gelisah, matanya menatap tajam ke arah pintu. "Hentikan dia," geram Budi. "Suaranya menggangguku." Roni tidak bergerak. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, sesuatu yang melampaui rencana mereka.
Iman yang Mengubah Hati
“Sebab Allah tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
— 2 Timotius 1:7
Roni melangkah perlahan menuju pintu, dorongan yang tidak bisa ia jelaskan memandunya. Budi mengikutinya, matanya menyipit penuh kecurigaan. Saat Roni membuka pintu, cahaya redup dari koridor menyinari Anya. Ia duduk meringkuk, matanya terpejam, bibirnya bergerak perlahan menyanyikan bait terakhir lagu itu. Keheningan kembali menyelimuti ruangan setelah lagu itu berakhir. Anya membuka matanya perlahan, menatap Roni dan Budi dengan tatapan yang tidak lagi penuh ketakutan, melainkan sebuah keheningan yang mendalam. "Lagumu bagus," kata Roni, suaranya lebih lembut dari biasanya. Anya hanya menatapnya, tidak menjawab. Budi mendengus. "Bagus apanya? Dia hanya anak kecil yang bodoh." Namun, di balik kata-kata kasarnya, ada keraguan yang mulai merayap. Ia melihat Anya, bukan sebagai objek penculikan, tetapi sebagai seorang anak yang memiliki keyakinan yang kuat, sebuah keyakinan yang ia sendiri tidak pernah miliki. "Mengapa kamu menyanyikan lagu itu?" tanya Roni, lebih kepada dirinya sendiri daripada Anya. Anya akhirnya berbicara, suaranya tenang. "Karena saya percaya. Saya memutuskan untuk mengikuti Yesus, tidak peduli apa yang terjadi." Kata-kata itu, diucapkan dengan begitu tulus, seperti pukulan di wajah Budi. Ia berbalik, tidak sanggup lagi menatap Anya. Roni, di sisi lain, merasa ada beban yang terangkat dari dadanya. Lagu itu, nyanyian polos itu, telah membangkitkan sesuatu dalam dirinya, sebuah kenangan akan masa lalu yang lebih baik, sebuah kerinduan akan kedamaian yang ia pikir telah lama hilang. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa melanjutkan ini. Keberanian Anya, imannya yang teguh, telah menembus pertahanannya.
Keputusan untuk Membebaskan
“Jika Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”
— Yohanes 8:36
Malam itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Roni, yang terdiam oleh kejujuran Anya, membuat keputusan yang mengubah segalanya. Ia menatap Budi, yang masih terlihat gelisah dan marah, lalu berkata, "Kita tidak bisa melakukan ini lagi, Budi." Budi terkejut. "Apa maksudmu? Kita sudah sejauh ini!" Roni menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa. Aku tidak bisa melihat anak sekecil ini menderita." Ia lalu menoleh pada Anya, yang masih duduk dengan tenang. "Kamu aman sekarang," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Kami akan membawamu pulang." Budi memprotes, namun tatapan mata Roni yang tegas menghentikannya. Roni membebaskan Anya dari ikatan yang mengikatnya, memberikan sedikit air dan makanan. Ia kemudian menelepon seseorang, suaranya terdengar berbeda, lebih seperti orang yang meminta maaf daripada seorang kriminal. Keesokan paginya, saat matahari mulai mengintip dari balik cakrawala, Anya menemukan dirinya berada di depan sebuah rumah yang dikenalnya. Ibunya berlari keluar, air mata membasahi pipinya, memeluk Anya erat-erat. Sementara itu, Roni dan Budi menghilang ke dalam fajar yang memudar, meninggalkan kehidupan kriminal mereka di belakang. Roni merasa lega, meskipun ia tahu jalan di depannya akan sulit. Ia tahu bahwa lagu Anya, sebuah nyanyian iman yang sederhana, telah memberinya kesempatan kedua. Ia akan selamanya mengingat suara kecil itu, yang membawanya kembali ke jalan yang benar.
Jejak yang Tak Pernah Hilang
“Sebab kami hidup karena percaya, bukan karena melihat.”
— 2 Korintus 5:7
Anya kembali ke kehidupannya yang normal, namun pengalaman itu meninggalkan jejak yang mendalam. Ia menjadi anak yang lebih kuat, lebih berani, dan lebih menghargai hidup. Ia terus menyanyikan "I Have Decided to Follow Jesus," namun kini dengan pemahaman yang lebih dalam tentang makna di balik liriknya. Lagu itu menjadi pengingat akan kekuatan iman, keberanian yang tersembunyi dalam ketakutan, dan bagaimana bahkan di tengah kegelapan tergelap sekalipun, harapan dapat ditemukan dalam melodi yang paling sederhana. Ia tidak pernah tahu apa yang terjadi pada para penculiknya, tetapi ia selalu berdoa untuk mereka, berharap bahwa lagu itu juga telah menyentuh hati mereka, memberikan mereka kesempatan untuk menemukan kedamaian, seperti yang telah diberikan kepadanya.