Di tengah kota kuno Yerusalem berdiri sebuah situs yang telah memikat perhatian dunia selama ribuan tahun: Bait Allah. Bagi bangsa Israel kuno, tempat ini bukan hanya pusat ibadah, tetapi juga simbol nyata kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Hingga kini, Bait Allah tetap menjadi pusat perdebatan, kekaguman, dan harapan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Mengapa satu tempat dapat meninggalkan jejak begitu mendalam dalam sejarah dan iman umat manusia?
Bait Allah Pertama: Dibangun oleh Raja Salomo
Bait Allah pertama, atau dikenal sebagai Bait Salomo, dibangun sekitar abad ke-10 SM atas perintah Raja Salomo, putra Raja Daud. Bangunan megah ini menjadi pusat peribadatan utama bagi bangsa Israel. Di dalamnya terdapat ruang maha kudus yang dipercaya menjadi tempat bersemayamnya kemuliaan Tuhan, bersama dengan Tabut Perjanjian. Namun, kemegahan ini tidak bertahan selamanya. Pada tahun 586 SM, Babilonia menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Bait Salomo, menandai berakhirnya satu era penting dalam sejarah keagamaan Israel.
Bait Allah Kedua: Simbol Kebangkitan Bangsa Israel
Setelah masa pembuangan di Babilonia, bangsa Israel kembali ke tanah mereka dan membangun kembali Bait Allah. Pembangunan dipimpin oleh Zerubabel dan kemudian diperluas secara megah oleh Herodes Agung. Inilah yang dikenal sebagai Bait Allah Kedua. Pada masa inilah Yesus Kristus hidup dan mengajar, sehingga tempat ini memiliki makna mendalam pula bagi umat Kristen. Namun, sejarah kembali mencatat kehancuran: pada tahun 70 M, Kekaisaran Romawi menghancurkan Bait Allah Kedua dalam penaklukan Yerusalem, meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Israel.
Tembok Ratapan: Sisa Suci yang Masih Berdiri
Hari ini, sisa paling terkenal dari kompleks Bait Allah adalah Tembok Ratapan (Western Wall). Terletak di Bukit Bait Suci (Temple Mount), tembok ini menjadi tempat paling suci dalam agama Yahudi. Setiap hari, ribuan peziarah datang untuk berdoa dan menyelipkan permohonan mereka di celah-celah batu kuno itu. Bagi umat Kristen, tempat ini menjadi pengingat fisik dari sejarah Alkitab. Bagi umat Islam, kawasan ini juga sangat penting karena di atasnya berdiri dua bangunan suci: Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsa.
Kontroversi dan Sengketa yang Masih Berlangsung
Wilayah Bukit Bait Suci bukan hanya pusat spiritual, tetapi juga titik panas konflik geopolitik di Timur Tengah. Perebutan kendali atas tempat ini telah memicu ketegangan berkepanjangan antara berbagai kelompok keagamaan dan politik. Bagi umat Yahudi, tempat ini adalah lokasi paling suci dan tempat Bait Allah dahulu berdiri. Bagi umat Islam, lokasi ini adalah situs ketiga tersuci setelah Mekkah dan Madinah. Pertemuan klaim-klaim sakral ini menjadikan setiap perubahan kecil di lokasi tersebut sangat sensitif dan berpotensi memicu konflik besar.
Harapan Rekonsiliasi dan Masa Depan
Meski penuh sengketa, banyak pihak masih berharap bahwa Bukit Bait Suci dapat menjadi simbol perdamaian, bukan pertikaian. Beberapa kelompok Yahudi menginginkan pembangunan kembali Bait Allah di masa depan, tetapi gagasan ini menimbulkan kontroversi besar karena akan melibatkan perubahan di area yang saat ini sangat sensitif secara politik dan agama. Sementara itu, pemimpin-pemimpin antaragama terus mengupayakan dialog demi menciptakan pemahaman dan penghormatan bersama di antara komunitas Yahudi, Kristen, dan Islam.
Bait Allah di Yerusalem bukan hanya sebuah bangunan bersejarah, tetapi sebuah simbol yang hidup — simbol iman, harapan, dan juga konflik. Sejarahnya yang panjang, pengaruhnya yang mendalam, dan posisinya yang strategis menjadikannya salah satu tempat paling diperhatikan di dunia. Mungkin justru karena keistimewaannya inilah Bait Allah terus memanggil hati manusia untuk melihat melampaui perbedaan dan mencari perdamaian sejati.
Referensi
- Encyclopaedia Britannica – Temple of Jerusalem
- Jewish Virtual Library – The Temple
- UNESCO – Old City of Jerusalem and its Walls
- BBC – Jerusalem: Why is it so important?