Alunea Renungan Agustus 24, 2025.
Manusia memiliki banyak cara dalam menilai orang lain. Ada yang melihat dari harta yang dimiliki, ada yang lebih menghormati mereka yang lahir dari kalangan bangsawan, dan tidak sedikit yang lebih senang mendekati orang-orang kaya. Inilah norma dunia—sering kali dilakukan tanpa disadari—sehingga perlakuan terhadap sesama menjadi berbeda-beda.
Di dalam gereja pun, jemaat terdiri dari berbagai latar belakang: ada yang kaya, ada yang miskin, dan ada yang berada di tengah-tengah. Namun, Yakobus mengingatkan kita bahwa sebagai umat percaya, kita tidak boleh membeda-bedakan orang. Diskriminasi bertentangan dengan iman kita kepada Kristus.
Tuhan Yesus adalah Tuhan atas kemuliaan. Ia berkuasa meninggikan yang rendah dan merendahkan yang tinggi. Allah yang kita sembah adalah Allah yang benar, dan di dalam Dia tidak ada pembedaan (Ef. 6:9). Ia tidak memilih kita berdasarkan kepemilikan duniawi (Yak. 2:5). Sama seperti ketika Ia memanggil bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah menegaskan bahwa pilihan-Nya bukan karena mereka lebih besar jumlahnya atau lebih benar dibanding bangsa lain, melainkan semata-mata karena kasih-Nya (Ul. 7:7; 9:4-6).
Kasih Allah yang tidak diskriminatif adalah teladan sempurna bagi kita. Karena Allah tidak membeda-bedakan kita, maka kita pun tidak berhak membeda-bedakan orang lain. Sebagai orang percaya, kita hidup di bawah pemerintahan dan penghakiman berdasarkan hukum Allah. Hukum itu, seperti yang ditegaskan Yakobus, adalah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Yak. 2:8).
Sebagaimana Allah telah mengasihi kita, demikian pula kita harus mengasihi sesama. Biarlah prinsip ini menjadi dasar dalam setiap sikap dan perilaku kita.
Kasih Tuhan hadir juga di artikel ini
Ayat Alkitab Harian