Kasih dan Keadilan Sosial: Panggilan untuk Membela Kaum Papa (Matius 25:35-40)

Banyak yang mendefinisikan kasih Kristen (agape) secara spiritual sebagai perasaan tulus atau niat baik. Namun, Tuhan Yesus Kristus sendiri mengajarkan bahwa kasih yang sejati tidak dapat dipisahkan dari tindakan praktis, terutama terhadap mereka yang paling rentan dalam masyarakat. Dalam Perumpamaan Domba dan Kambing (Matius 25:31-46), Tuhan Yesus Kristus menyajikan gambaran akhir zaman yang jelas, di mana ujian iman yang sesungguhnya adalah: Bagaimana Anda memperlakukan yang disebut sebagai “saudara-Ku yang paling hina ini”?
1. Definisi Kasih yang Terlihat
Dalam perumpamaan ini, Tuhan Yesus Kristus mengidentifikasi diri-Nya secara langsung dengan orang-orang yang menderita. Ia menyatakan bahwa tindakan melayani mereka yang lapar, haus, asing, telanjang, sakit, atau dipenjara adalah tindakan yang dilakukan kepada-Nya secara pribadi.
- Ayat Kunci:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk-Ku.” — Matius 25:40
Ini adalah teologi inkarnasi kasih: Kasih Allah Bapa tidak hanya tinggal di dalam diri kita, tetapi harus diwujudkan dalam kepedulian fisik dan sosial. Kasih yang hanya bersifat spiritual dan tidak memiliki dampak praktis pada dunia yang hancur adalah kasih yang belum matang.
2. Keadilan Sosial adalah Ekspresi Ketaatan
Keadilan sosial dalam konteks Alkitab bukan hanya tentang amal, tetapi tentang memulihkan keseimbangan yang telah dihancurkan oleh dosa dan penindasan. Ketika kita membela kaum papa, kita meniru karakter Allah Bapa yang digambarkan dalam Mazmur 146:9 sebagai pembela anak yatim dan janda.
- Kasih menuntut empati: Melihat orang yang menderita bukan sebagai masalah sosial yang jauh, tetapi sebagai pribadi yang diciptakan menurut gambar Allah Bapa (Imago Dei).
- Kasih menuntut pembelaan: Menggunakan suara dan sumber daya kita untuk melawan struktur atau sistem yang menindas, menahan keadilan, atau memperparah kemiskinan.
3. Jembatan antara Iman dan Perbuatan
Perumpamaan ini menghilangkan pemisahan artifisial antara iman (percaya) dan perbuatan (melayani). Perbuatan kasih dan keadilan sosial bukanlah syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, melainkan bukti yang tak terhindarkan dari hubungan yang sejati dengan Kristus.
Mereka yang disebut “domba” bertanya, “Kapan kami melihat Engkau lapar?” (Matius 25:37). Mereka tidak menyadari bahwa tindakan kasih mereka yang sederhana, yang didorong oleh agape yang sejati, dihitung oleh Tuhan Yesus Kristus sebagai pelayanan langsung kepada-Nya.
Panggilan kita adalah untuk melihat wajah Kristus pada “saudara-saudara-Nya yang paling hina” di sekitar kita. Di tengah kemiskinan, kesendirian, atau ketidakadilan yang kita saksikan, terletak kesempatan untuk menunjukkan kasih yang bersifat kekal dan berkorban. Biarlah kasih agape kita tidak hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan hari ini melalui tindakan praktis yang membawa keadilan dan belas kasihan Allah Bapa kepada mereka yang paling membutuhkannya.




