Mukjizat Ketaatan Kecil: Kisah Janda Sarfat dan Pengujian Kepercayaan di Tengah Kelaparan

Dalam Alkitab, ada kisah-kisah tentang ketaatan yang membutuhkan pengorbanan yang ekstrem. Salah satunya adalah kisah Janda Sarfat, yang dicatat dalam 1 Raja-Raja 17. Di tengah kelaparan dahsyat yang melanda negeri itu, seorang janda yang miskin dihadapkan pada sebuah permintaan yang absurd: memberikan makanan terakhirnya kepada Nabi Elia, seorang asing. Kisah ini mengajarkan kita bahwa ketaatan sejati adalah tindakan iman sederhana yang dilakukan di tengah ketidakmungkinan.
1. Titik Nol: Makanan Terakhir dan Keputusasaan
Janda Sarfat berada pada titik terendah dalam hidupnya. Seluruh negeri dilanda kekeringan dan kelaparan. Ketika Nabi Elia bertemu dengannya, ia sedang mengumpulkan kayu bakar untuk membuat roti terakhir bagi dirinya dan putranya sebelum mereka menyerah pada kelaparan. Janda itu jujur: “Aku hanya punya segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli.” (1 Raja-Raja 17:12).
Permintaan Elia untuk membuatkannya roti dahulu bukanlah permintaan yang logis, melainkan ujian iman yang ekstrim. Ini adalah saat di mana logika manusia berhadapan langsung dengan perintah Allah Bapa.
2. Ketaatan yang Mengubah Segala Sesuatu
Meskipun permintaan itu bertentangan dengan naluri bertahan hidupnya, Janda Sarfat memilih untuk taat. Dia membuat roti kecil untuk Nabi Elia terlebih dahulu. Ketaatan ini adalah tindakan pengorbanan, tetapi yang lebih penting, itu adalah tindakan kepercayaan penuh kepada janji Tuhan yang disampaikan Elia:
“Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.” — 1 Raja-Raja 17:14
3. Mukjizat Berkelanjutan
Hasil dari ketaatan Janda Sarfat bukanlah mukjizat sekali jadi, melainkan mukjizat berkelanjutan yang terjadi hari demi hari. Tepung dan minyaknya tidak pernah habis. Ketaatan kecilnya membuka pintu bagi sumber berkat supernatural yang menopang seluruh keluarganya selama masa kelaparan.
4. Pelajaran untuk Kita
Kisah Janda Sarfat mengajarkan bahwa Tuhan sering kali tidak meminta seluruh kekayaan kita, tetapi Dia meminta ketaatan pertama kita. Dia ingin kita memberikan yang terbaik, yang terakhir, atau yang paling sulit, terlebih dahulu kepada-Nya.
- Jangan Izinkan Logika Mengalahkan Iman: Jangan menahan apa yang diminta Tuhan hanya karena secara manusiawi hal itu tidak masuk akal atau menyakitkan.
- Ketaatan Membuka Sumber: Ketaatan kita mungkin terasa seperti mengosongkan tempayan, tetapi Tuhan akan mengubah tempayan itu menjadi mata air yang tak pernah kering.
Apa “segenggam tepung terakhir” Anda hari ini? Mungkin itu waktu Anda, uang Anda, atau kekuatan Anda. Berikanlah kepada Tuhan Yesus dalam ketaatan. Percayalah bahwa ketaatan yang tulus, sekecil apa pun, akan selalu dibalas oleh kesetiaan Allah Bapa yang tak berkesudahan, yang sanggup menciptakan mukjizat berkelanjutan dalam hidup Anda.




