Makna Kasih dalam Ajaran Kristen: Kasih yang Hidup, Bertahan, dan Tidak Tergoyahkan
Kasih dalam ajaran Kristen bukanlah teori. Ia adalah roh yang menghidupkan iman, napas yang membentuk relasi, dan terang .
Makna Kasih dalam Ajaran Kristen: Kasih yang Hidup, Bertahan, dan Tidak Tergoyahkan
Kasih dalam ajaran Kristen bukanlah teori. Ia adalah roh yang menghidupkan iman, napas yang membentuk relasi, dan terang .

Makna Kasih dalam Ajaran Kristen: Kasih yang Hidup, Bertahan, dan Tidak Tergoyahkan

By Alunea / Kasih / Juli 23, 2025.


Kasih adalah inti dari ajaran Kristen. Bukan sekadar kata yang indah diucapkan, tapi sebuah kekuatan yang nyata, mengalir dari hati Allah sendiri. Dalam iman Kristen, kasih bukan sekadar perasaan hangat atau emosi sesaat. Kasih adalah dasar dari setiap tindakan Allah kepada manusia dan juga menjadi panggilan utama bagi setiap orang percaya. Tanpa kasih, iman kehilangan maknanya. Dan kasih yang sejati—menurut Alkitab—bukanlah kasih yang mudah berubah oleh waktu atau situasi.

Salah satu kebenaran paling menghibur dari Alkitab adalah bahwa tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Rasul Paulus menuliskannya dengan sangat yakin: "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 8:38-39). Pernyataan ini menjadi penegasan bahwa kasih Tuhan bersifat mutlak dan tidak tergantung pada kondisi manusia.

Lebih jauh lagi, kasih Allah itu bukan kasih yang pasif. Kasih-Nya adalah kasih yang aktif, yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan. Yohanes 3:16 mungkin adalah ayat yang paling dikenal, tetapi tetap menjadi inti dari pengertian kasih dalam iman Kristen: “Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ini menunjukkan bahwa kasih Allah bukan hanya janji, tapi tindakan nyata yang menyelamatkan. Dia memberikan yang paling berharga demi menebus kita.

Yang luar biasa dari kasih Tuhan adalah bahwa kasih itu tidak pernah habis. Tidak seperti kasih manusia yang bisa berubah dan memudar, kasih Allah bertahan untuk selama-lamanya. Mazmur 136:1 menulis, “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Inilah alasan mengapa kita bisa tetap berharap dan bersyukur, bahkan di tengah pergumulan. Kasih Tuhan selalu ada, tak pernah hilang, dan senantiasa tersedia.

Namun, kasih dalam iman Kristen bukan hanya sesuatu yang kita terima. Kita juga dipanggil untuk menghidupinya. Alkitab tidak hanya menjelaskan kasih secara teologis, tetapi juga menggambarkannya dengan sangat praktis. Dalam 1 Korintus 13:4-7, Rasul Paulus menulis, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Kasih sejati bukan hanya soal perasaan, tetapi tindakan konkret yang memuliakan Tuhan dan memberkati sesama.

Karena itu, kasih juga menjadi perintah penting bagi umat Kristen. Kita dipanggil untuk saling mengasihi, bukan sebagai anjuran, tapi sebagai perintah dari Tuhan. Dalam 1 Yohanes 2:7-8, ditulis, “Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama... Namun perintah baru juga yang kutuliskan... sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya.” Ini berarti kasih bukan hanya nilai lama yang harus dipertahankan, tapi juga kebenaran baru yang harus dinyatakan terus-menerus dalam hidup sehari-hari.

Menariknya, Yesus juga menantang kita untuk mengasihi bukan hanya mereka yang menyenangkan, tapi juga mereka yang menyakiti kita. Dalam Matius 5:43-44, Yesus berkata, “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Ini mungkin perintah yang paling sulit dilakukan, tetapi justru di sinilah kasih sejati diuji. Ketika kita mampu mengasihi mereka yang menyakiti kita, kasih Kristus benar-benar hidup dalam diri kita.

Yesus juga merangkum seluruh hukum Allah dalam dua perintah utama: mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Matius 22:37-40 menuliskan, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu... Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Ini adalah penegasan bahwa inti dari iman Kristen adalah kasih—kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia.

Namun, kasih kepada Tuhan tidak berhenti di bibir atau perasaan saja. Ia dibuktikan lewat ketaatan. Dalam 1 Yohanes 5:3 dikatakan, “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” Kasih sejati akan selalu mendorong kita untuk taat. Kita taat bukan karena terpaksa, tapi karena mengasihi-Nya.

Sayangnya, kasih juga bisa memudar jika kita tidak menjaganya. Dalam Wahyu 2:4-5, Tuhan menegur jemaat Efesus: “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula... Pikirkan tentang masa-masa kasihmu yang pertama dan kembalilah kepada-Ku.” Ini adalah peringatan bagi kita semua. Dalam kehidupan rohani, kita bisa jatuh pada rutinitas dan kehilangan api kasih mula-mula. Tapi Tuhan selalu memberi kesempatan untuk kembali.

Kasih dalam ajaran Kristen bukanlah teori. Ia adalah roh yang menghidupkan iman, napas yang membentuk relasi, dan terang yang menuntun langkah. Kasih adalah suara Tuhan yang paling nyaring dalam kehidupan kita. Dan ketika kita hidup di dalam kasih itu—menerimanya dari Tuhan dan membagikannya kepada sesama—di situlah kita sungguh-sungguh hidup.

Ayat Alkitab Harian